Jumat, 15 Februari 2013

helikopter tak berawak



Helikopter tak berawak membuka banyak peluang baru. Kerusakan pada instalasi tenaga surya dapat ditemukan dalam waktu singkat lewat udara. Demikian halnya dengan kerusakan pada baling-baling pembangkit tenaga angin atau jembatan. Itu semua dapat diperiksa dengan mudah dengan helikopter yang hanya berukuran antara 50 sampai 150 cm.
Helikopter itu mampu membuat foto dan rekaman berkualitas tinggi dari udara untuk film dan televisi. Selain itu polisi dapat menggunakannya untuk mengawasi peristiwa penting dari udara. Ilmuwan juga memakainya, yaitu untuk menghitung jumlah burung pinguin di sekitar Kutub Selatan. Di Swiss, petani menggunakan helikopter kecil itu untuk memeriksa ladang dan menemukan anak rusa atau hewan lain, sebelum mesin pemanen dijalankan.
Beberapa tahun lalu teknologi ini hanya digunakan dalam aksi militer. Keuntungan helikopter mesin kecil ini terutama kestabilannya di udara. Bahkan di tengah angin kencang, helikopter itu tetap berada di tempat yang ditentukan. Gerakan-gerakan dan pengendalian yang sulit seperti pada helikopter dengan satu baling-baling tidak perlu dilakukan helikopter ini. Harganya per buah antara 15.000 dan 40.000 Euro.
Robot Terbang Yang Bermain Tenis
Tetapi helikopter itu tidak hanya mampu membuat rekaman dari udara. Peneliti pada sekolah tinggi teknik Zürich (ETH Zürich) mengembangkan robot yang dapat terbang, yang dapat bergerak tanpa GPS dan pengendalian dari jarak jauh. Robot itu dilengkapi komputer kecil, sehingga dapat bergerak dan mengendalikan diri sendiri di ruang tertutup.
Di pameran teknologi Hannover Messe, peneliti dan mahasiswa dari ETH Zürich memamerkan kemampuan dan jangkauan helikopter kecil tersebut. Misalnya, dua helikopter diperagakan mampu bermain tenis. Setiap robot dilengkapi dengan raket, sehingga dapat memukul bola secara bergantian. Kamera pada robot memantau terbangnya bola, kemudian memperhitungkan jalur terbang dan kerasnya pukulan yang diperlukan, sehingga bola dapat dikembalikan lawan.
Menari sesuai alunan musik serta membuat menara juga tidak menjadi masalah bagi robot yang dikembangkan ETH Zürich. Seorang mahasiswa mengejutkan pengunjung pameran dengan melempar sebuah robot terbang, yang disebut Quadrokopter ke udara. Keempat baling-balingnya berdengung sejenak, kemudian melayang dengan tenang di udara.
Quadrokopter juga dapat bereaksi terhadap gerakan tangan. Dengan mata yang berupa kamera, robot dapat melihat tangan dan bergerak sesuai gerakan tangan. Semua itu tampak seperti permainan belaka, tetapi di baliknya ada pengendalian yang akurat dan perhitungan yang rumit, demikian dijelaskan Fabian Müller.
Mahasiswa berusia 26 tahun itu baru saja menyelesaikan tesisnya tentang robot pembantu yang dapat tersebut di ETH Zürich. “Tantangan terbesar terutama bagaimana cara menjaga agar robot dapat stabil di udara, dan mengembangkan algoritme pengontrol, sehingga helikopter melakukan keinginan kita. Antara lain, robot harus melalui jalur terbang tertentu, membuat sesuatu, dan kembali mendarat jika kita menginginkannya.”
Tidak Digunakan di Daerah Tercemar
Penggunaan robot ini di daerah bencana bisa menjadi bidang baru yang dikembangkan. Misalnya penggunaan robot di daerah bencana seperti Fukushima. Tetapi sejauh ini robot hampir tidak digunakan di daerah yang tercemar, karena pancaran sinar gamma masih merupakan masalah besar bagi perangkat elektroniknya. Sinar yang kuat itu dapat merusak jarum pengukur dan jaringan di dalam robot. Sinar itu juga bisa menghapus data-data yang telah direkam, sehingga melumpuhkan robot sepenuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar